Dr. Zaim Elmubarok S.Ag, M.Ag
Kejujuran, betapa langkanya kata
ini!
Mencari orang yang jujur saat
ini hampir sama mustahilnya denganmencari jarum di dalam tumpukan jerami. Jujur
bukanlah semata-mata tidak berkata dusta. Ketika Nabi bersabda,
"katakanlah kebenaran itu walupun pahit", sebenarnya Nabi
memerintahkan kita untuk berlaku jujur dengan lidah kita. Ketika Nabi bersabda,
"andaikata Fatimah binti Muhammad mencuri, niscaya akan aku potong
tangannya," sesungguhnya Nabi mengajarkan kita untuk bertindak jujur dalam
penegakkan hukum meskipun terhadap keluarga sendiri. Ketika Al-Qur'an merekam
kalimat suci, "sampaikanlah amanat kepada yang berhak," sesungguhnya
Allah menyuruh kita bersikap jujur ketika memegang amanah, baik selaku dosen,
pejabat, ataupun pengusaha. Sewaktu Allah menghancurkan harta si Karun karena
Karun bersikukuh bahwa harta itu diraihnya karena kerja kerasnya semata, bukan
karena anugerah Allah, sebenarnya Allah sedang memberi peringatan kepada kita
bahwa itulah azab Allah terhadap mereka yang tidak berlaku jujur akan rahmat
Allah.
Tengoklah diri kita
sekarang....Masihkah tersedia kejujuran di dalam segala tindak tanduk kita?
Ketika anda terima uang sogokan sebenarnya anda telah berlaku tidak jujur.
Ketika anda enggan menolong rekan anda, meskipun anda sadar anda mampu
menolongnya, saat itu anda telah menodai kejujuran.
Ketika di sebuah pengajian anda
ditanya jama'ah sebuah pertanyaan yang sulit, dan anda tahu bahwa anda tak
mampu menjawabnya, tapi anda jawab juga dengan "putar sana-sini",
maka anda telah melanggar sebuah kejujuran (orang kini menyebutnya
"kejujuran ilmiah").
Adakah orang jujur saat ini?
Bahkan Yudhistira yang dalam
kisah Mahabharata terkenal jujur pun sempat berbohong dihadapan Resi Durna saat
perang Bharata Yudha. Dewa dalam kisah tersebut menghukum Yudhistira dengan
membenamkan roda keretanya ke dalam tanah beberapa senti. Anda boleh tak
percaya cerita Mahabharata ini, tapi jangan bilang bahwa anda meragukan Allah
mampu menghukum kita akibat ketidakjujuran kita dengan lebih dahsyat lagi.
Kalau Dewa mampu menghukum Yudhistiraseperti itu, jangan-jangan Allah akan
membenamkan seluruh yang kita banggakan ke dalam tanah hanya dalam kejapan mata
saja.
Guru saya pernah bercerita
ketika ada orang yg baru masuk Islam bertanya kepada Rasul bahwa ia belum mampu
untuk mengikuti gerakan sholat dan kewajiban lainnya, konon, Rasul hanya
memintanya untuk berlaku jujur. Ketika ada seorang warga negara Inggris yang
masuk Islam, dan belum bisa sholat serta puasa, saya minta dia untuk berlaku
jujur saja dahulu. Orang asing itu terperanjat. Boleh jadi dia kaget bahwa
betapa Islam memandang tinggi nilai kejujuran. Kini, saya yang terperanjat dan
terkaget-kaget menyaksikan perilaku kita semua yang sudah bisa sholat dan puasa
namun tidak mampu berlaku jujur.
Duh Gusti....betapa jauh
perilaku kami dari contoh yang diberikan Nabi-Mu...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar